Rabu, 27 Agustus 2014

[P4GN_5] Jangan Sepele dengan Penyuluhan Karena Cegah Lebih Baik daripada Rehab

 Kejahatan narkoba zaman ini, makin menjadi-jadi saja. Popularitasnya pun mendunia, dan menyedot perhatian hingga mensejajarkannya dengan fenomena kriminal lainnya yang juga sedang popular  antara lain : terorisme dan korupsi. Ya, ketiga jenis kejahatan ini menjadi primadona penyebab keresahan masyarakat.
Dalam website bnn.go.id mengatakan bahwa di Indonesia,  tanda-tanda kejahatan narkoba ini sudah tampak sejak tahun 1971. Namun, kondisinya masih dalam “gejala”. Sehingga, sikap pemerintah pun masih ‘sekedarnya’ karena bangsa Indonesia yang Pancasilais diyakini takkan kalah dengan ‘barang’ tersebut. Namun, entah apa yang terjadi Indonesia kini terjajah oleh terror kejahatan narkoba. Apa kini Pancasila sudah tidak sakti lagi? Hmm, menurut saya bukan, tapi mungkin orang Indonesia-nya yang sudah seakan jaga jarak dengan Pancasila.
Pencegahan adalah salah satu ujung tombak  utama BNN melawan Kejahatan Narkoba di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian BNN yang bekerja sama dengan pusat penelitian kesehatan UI tahun 2011, jumlah prevalensi penyalahgunaan narkoba di tahun 2015 nanti bisa mencapai 5 juta orang atau sekitar 2,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Maka, BNN berada dalam sebuah tugas berat menjaga sekitar 235juta orang yang masih sehat agar tidak coba narkoba.
Dalam usaha pencegahan, BNN menunjukkan taringnya dalam kegiatan edukasi tentang apa itu narkoba dan bahayanya.  Pengetahuan, sesungguhnya adalah kunci utama dalam memerangi kebodohan. Dan menjadi penyalahguna narkoba adalah sebuah bentuk kebodohan. Intinya adalah pengetahuan, itu yang pertama. Saya melihat informasi atau pengetahuan mengenai narkoba dan bahayanya memang masih sangat kurang di masyarakat. Sehingga, bukan mustahil ketidaktahuan ini pun bisa menyebabkan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Kegiatan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan  yang dilakukan BNN nampaknya memang terkesan sangat sepele. Hal ini masyarakat sering menggumam “ … kalau cerita-cerita saja tidak berguna, tangkaplah bandar dan pengerdar narkoba itu Pak…” Namun, seperti yang saya ungkapkan di atas bahwa pengetahuan adalah salah satu tameng andalan dalam menjaga diri sendiri, keluarga, dan lingkungan dari bahaya narkoba.
Sesunggunya, Narkoba merujuk pada singkatan dari 3 jenis zat berbahaya yang dapat menyebabkan ketergantungan yaitu : Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya. Umumnya orang menganggap bahwa narkoba dengan persepsi obat terlarang jenis Narkotika (Ganja, Opium, Koka, Morfin, Heroin, dll) dan Psikotropika (Shabu, Ekstasi, dan obat penenang). Namun, lupa bahwa ada zat Bahan Adiktif lainnya (tembakau, alkohol, dan zat inhalansia (bensin, thinner, lem aica/lem kambing, spritus)) yang tidak kalah berbahayanya bagi tubuh. Ya, memang fokus tugas BNN lebih kepada kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika, tetapi yang harus juga diingat adalah bahaya Bahan Adiktif Lainnya. Contoh saja, Rokok sesungguhnya adalah salah satu jenis narkoba yang dikelompokkan dalam bahan adiktif lainnya yang memiliki tingkat adiksi yang sangat kuat dan merusak organ tubuh walau tak secepat penggunaan Ganja. Kenyataan ini  tidak semua diketahui  masyarakat walau menyadari bahwa rokok  menyebabkan ketergantungan. Selain itu, fenomena menghirup lem Aica (Lem Kambing) juga sebuah contoh sederhana yang sangat merusaka system saraf dan ketergantungan. Kini banyak anak-anak yang terlanjur ketergantungan dengan narkoba kelompok bahan adiktif lainnya yang digolongkan dalan jenis inhalansia ini.
Lalu, pertanyaan lain yang sering muncul dalam benak  masyarakat adalah kalau polisi sudah banyak (sekali), lembaga peradilan juga sudah (lama) ada, undang-undang telah dibuat, dan beberapa tahun ini BNN yang katanya “spesialis” masalah narkoba juga sudah mulai beraksi, trus pemerintah “katanya” pun serius ; mengapa pengedar narkoba terus merajalela dan penyalahguna narkoba semakin bertambah?
Menjawab pertanyaan tersebut maka akan menimbulkan pertanyaan baru yang lebih misterius jawabannya. Apa yang terjadi dengan Polisi, Hukum, BNN, dan Pemerintah? Dalam banyak kasus, media memberitakan keterlibatan orang dalam yang main mata dengan pengedar, lalu hukum pun seakan tak bisa ditegakkan dengan sungguh-sungguh oleh mereka yang katanya penegak hukum, saya pribadi sering merasa tidak adil mengenai vonis bagi para pengedar narkoba dan penyalahguna narkoba.  Lalu, BNN dalam tugasnya masih seperti dikekang oleh lembaga-lembaga yang katanya (sebagai) mitranya.
Saya sendiri sering bertanya sendiri  mengapa dan mengapa? Saya  sangat takut ketika mendengar ada penangkapan bandar narkoba  yang bahkan ada yang dengan barang bukti puluhan kilo. Saya berpikir, andai ia tidak tertangkap, pasti banyak sekali yang akan menjadi korban selanjutnya.  Saya Sedih sekali  melihat mereka yang menjadi pecandu narkoba, penyalahguna narkoba, korban penyalahguna, pemakai atau apalah  yang pasti mereka yang menggunakan narkoba dengan tidak seharusnya. Hukum kasih, mengapa tidak ada? Mengapa hukum masih mau memaafkan para pengedar yang sudah jelas telah mengahancurkan masa depan banyak generasi muda  lalu menutup kasih untuk para korban penyalahguna narkoba dengan menghukum mereka?
Pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh mereka para pembuat kebijakan; Pemerintah.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Sebelum seseorang terpaksa direhabilitasi karena terjebak tindakan bodoh penyalahgunaan narkoba, maka pengetahuan adalah jalan utama menghindarinya sebagai pencegahan. Informasi sangat penting. Informasi menghasilkan pengetahuan, pengetahuan akan mendorong kesadaran, dan dengan kesadaran seseorang melakukan sikapnya. Akan baik sekali jika para terpelajar, aktif mencari informasi narkoba dan bahayanya. Saya pribadi juga sering berpikir, bagaimana kalau topic mengenai narkoba dibahas di dalam pelajaran sekolah SMP, SMA atau di jenjang perguruan tinggi. Misalnya saja mengenai pendidikan seks juga yang tadinya dianggap tabu di  kalangan masyarakat, juga sudah mulai didengungkan untuk diberikan ruang pendidikan dalam hal mencegah terjadinya perilaku menyimpang seks bebas. Sama dengan penyalahgunaan narkoba yang merupakan perilaku menyimpang, tidak ada salahnya itu pendidikan anti narkoba diajarkan di sekolah.  Pendidikan Anti Narkoba di sekolah menurut saya perlu mengingat ini adalah sebuah pengetahuan penting yang sedang mengancam generasi bangsa. Jika sudah tahu pun bisa menjad penyalahguna narkoba, apalagi jika tidak tahu  maka dengan bodohnya seseorang bisa terjebak dalam penyalahgunaan narkoba. 

Berseru kepada Pemerintah seakan menunggu respon terlalu lama dan keterbatasan sering menjadi kendala. Karena Narkoba bukan hanya musuh pemerintah, tetapi musuh kita semua, bahkan musuh dunia internasional juga. Maka, tidak ada salahnya KITA menjadi AKTIF berpartisipasi jadi duta ANTI Narkoba. terutama untuk diri sendiri, keluarga dan lingkungan. 

Senin, 25 Agustus 2014

Horas Samosir!! Hermann Delago & Austria Tobatak Orchestra Live in Concert at Tuk Tuk Siadong

        Musik adalah sebuah bentuk ekspresi jiwa. Tentang apa yang sedang anda rasakan, harapan, atau sekedar “membaca” cerita para komposer.  Musik sebagai saluran emosi.
Saya suka lagu Batak Toba. Entah mengapa, tapi asik saja mendengar lagu-lagunya walau saya sering merepotkan teman saya untuk tahu maknanya. Yang saya tahu umumnya lagu Batak Toba memiliki makna yang menyentuh dan bahasa yang indah. Musik Batak  Toba juga sangat khas dengan warna gondang dan serulingnya. Terdengar indah dan nyaman. Musik Batak Toba, satu lagi musik yang sukses merebut hari saya.
Mendengar ada konser music batak GRATIS dari seorang teman kerja, saya sangat antusias. Walau tempat konsernya di Tuk Tuk Samosir lumayan jauh dari tempat tinggal saya di Kabanjahe apalagi dengan status belum gajian, tidak sedikitpun menyurutkan niat saya. Bersama teman-teman kami pun merencakan keberangkatan lebih dari 1 minggu sebelum acara. Tadinya teman saya bilang  ini konser Viky Sianipar (seorang musisi Batak). Tak tahunya, ada musisi besar dari Austria bersama tim orkestranya.  Nah, ini cerita saya mengenai Konser Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra Live in Concert at Open Stage Tuk Tuk Samosir.
Adalah Hermann Delago, seorang musisi Austria yang jatuh cinta pada Pulau Samosir dan Budaya Batak termasuk music Batak Toba. Berawal dari lagu Butet yang ia dengar ketika berlibur di Bali Tahun 1995, ia pun mulai tertarik dan akhirnya sungguh-sungguh jatuh cinta dengan Budaya Batak Toba. Ia pun telah telah menjadi orang batak, dengan marga Manik di belakang nama Delago-nya. Lalu, di tahun 2011 bersama Viky Sianipar, akhirnya sukses melahirkan album bernuansa batak yang bernama TOBATAK yang diaransemen dengan nuansa tradisional dan modern sehingga menghasilkan musik yang lebih hidup. Berkatnya, lagu-lagu Batak Toba pun sudah berkumandang di Austria bersama tim orkestranya serta ia unggah di youtube.
Pukul 5 sore  disertai dengan derai hujan, sejumlah Tokoh adat, dinas Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Samosir membuka acara Konser Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra dengan menyambut Hermann Delago bersama timnya memasuki open stage Tuk Tuk Siadong, dengan manortor dan memberikan ulos.
Menyambut Kedatangan Hermann Delago Manik dan Austria Tobatak Orchestra di Open Stage Tuk Tuk


Memberikan Ulos kepada Hermann Delago dan Seluruh Personil Austria Tobatak Orchestra

Konser Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra membuat malam Sabtu (23/8) menjadi sangat istimewa. Hermann Delago Manik, bersama sekitar 70 personil orkestranya mengguncang Samosir dengan irama music Austria yang indah dan memukau. Konser dimulai pukul 7 malam dengan penampilan pembuka dari Jajabi Band. Satu Jam kemudian, Hermann Delago beserta grup orkestranya memuaskan rasa penasaran para penonton dengan persembahan lagu- . adapun lagu-lagu yang dipersembahkan dengan indah malam itu antara lain : Hermann Delago & Samosir Austria Orchetra juga berkolaborasi dengan beberapa artis Batak Toba antara lain : Viky Sianipar, Tongam Sirait , Retta Sitorus dan Marsada Band. Usai 2 jam penampilan Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra, Marsada Band lanjut menghibur para penonton hingga 1 jam kemudian sampai acara berakhir pada pukul 12 malam.
Kolaborasi Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra dengan Marsada Band

 Penampilan Tasha Koch bersama  Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra

Kolaborasi Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra dengan duet Eva Schatz dengan Retta Sitorus



Sekitar 5000 penonton diperkirakan memadati Open Stage Tuk Tuk Siadong Sabtu Malam itu. Tidak hanya dari Sumatera Utara, antusiasme juga mendorong penonton dari berbagai daerah  di Indonesia ikut memeriahakan pertunjukan. Masyarakat lokal dan para turis asing pun membaur dalam indahnya alunan music dan menari bersama. Saya sebenarnya sedikit bingung juga kepada turis mancanegara yang ikut bergoyang mendengar lagu Batak Toba. Apa mereka mengerti? Mengapa bisa sampai sebegitu hebohnya ikut bergoyang. Hmm, pasti karena asik. Kita boleh saja kurang/tidak tahu arti lagunya. Tapi, musik tidak pernah bohong. Ciri-ciri musik indah adalah menyentuh sampai ke hati (kata orang tua teman saya yang juga pernah menjadi biduan Karo (perkolong-kolong). Dan itulah yang saya juga rasakan. Musik yang indah. Pertunjukan Malam Sabtu itu, sangat mengesankan. Sebuah konser indah menghabiskan malam Minggu yang mendung bersama teman-teman.
Sekitar 5000 Penonton menikmati Konser Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra
(Sumber Foto : Andre Wdyanto via Facebook Viky Sianipar)
Horas dan Mauliate menjadi sapaan yang menjadi bahasa penghubung komunikasi dengan orchestra negeri seberang ini. Ketika bertemu di jalan usai konser, personil orchestra tak canggung menyerukan Horas! dan mengucapkan Mauliate. Hermann Delago sendiri memiliki kemampuan artikulasi dan berbahasa Batak Toba yang baik saya rasa.
Sebelumnya, Hermann Delago dan Austrian Tobatak Orchestra juga telah mengadakan konser yang sama pada Rabu (20/8) di Tiara Convention Hall Medan. Konser yang juga diprakarsai oleh Henry Manik seorang seniman Batak  Toba kelahiran Garoga Samosir yang telah lama tinggal di Belanda ini merupakan bukti budaya Batak Toba, satu lagi Budaya Indonesia yang diapresiasi begitu luar biasa di manca negara. Kita, pemilik budaya yang luar biasa itu pun harus mencintainya lebih dari mereka.
So, it was a great concert. Congratulations Hermann Delago Manik. Thank you, Mauliate Godang, Horas!!!

Kamis, 21 Agustus 2014

Euforia Hari Merdeka di Kabanjahe, Kotaku

           17 Agustus 1945 adalah sebuah hari yang tidak biasa, ia adalah hari yang luar biasa istimewa dan berharga. 17 Agustus 1945 saat Teks Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, adalah tanda Hari Kemerdekaan Kita, Bangsa Indonesia. Maka, peringatan hari kemerdekaan pun tidak boleh hanya sekedarnya, ia berbeda dengan hari-hari lainnya.
Di Kotaku, Kabanjahe (Ibukota Kabupaten Karo), peringatan Hari Kemerdekan tidak pernah jauh dari kata luar biasa semarak. Kota Kabanjahe bahkan menjadi tempat tersibuk di Tanah Karo dan berubah menjadi lautan manusia.
Rangkaian kegiatan Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-69 tahun di Pemda Karo  adalah sebagai berikut :
1.      Latihan Paskibraka (21 Juli – 16 Agustus 2014)
2.      Latihan lagu-lagu Aubade (14 Juli – 16 Agustus 2014)
3.      Perlombaan olahraga (6-7 Agustus 2014)
4.      Ceramah nilai-nilai juang tahun 1945 (6 Agustus 2014)
5.      Gladi bersih (13 Agustus 1945)
6.      Kunjungan Sosial (14 Agustus 1945)
7.      Pawai anak STK dan SD (14 Agustus 2014)
8.      Mendengarkan pidato kenegaraan di Kantor DPRD Kabanjahe (15 Agustus 2014)
9.      Pengukuhan Paskibraka (16 Agustus 2014)
10.  Pawai Obor /Taptu (16 Agustus 2014)
11.  Renungan Suci di Taman Makan Pahlawan Kabanjahe (16 Agustus 2014)
12.  Apel pagi di kantor-kantor dan sekolah (17 Agustus 2014)
13.  Upacara peringatan detik-detik Proklamasi (17 Agustus 2014)
14.  Pemberian remisi kepada narapidana (17 Agustus 2014)
15.  Pawai keliling Kota Kabanjahe (17 Agustus 2014)
16.  Penyerahan piagam/hadiah perlombaan (17 Agustus 2014)
17.  Sarinade penurunan duplikat Bendera Merah Putih / lagu-lagu aubade (17 Agustus 2014)
18.  Ramah Tamah (17 Agustus 2014)
19.  Hiburan Rakyat (17 Agustus 2014)
Dari sekian banyak kegiatan yang dibuat Pemda Kab. Karo, ada beberapa momen yang menghebohkan Kota Kabanjahe antara lain :
Pawai Anak
Acara pawai anak adalah sebuah acara yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat Kota Kabanjahe. Acara yang diadakan  setiap tanggal 14 Agustus ini seakan memulai gelora hari kemerdekaan di Kota Kabanjahe. Dalam kegiatan ini, para pelajar PAUD, Sekolah TK,  dan SD mewarnai Kota Kabanjahe melalui  pawai keliling Kota Kabanjahe diiringi dengan parade marching band, becak hias, pawai anak-anak dengan pakaian profesi, serta pawai anak-anak dengan pakaian adat.
Adapun rute pawai anak tahun 2014 ini yaitu : Lapangan parkir Pajak Singa – Jalan Rakoetta Brahmana – Jalan Kapten Bangsi Sembiring – Jalan Veteran – Rumah dinas Bupati Karo – Taman Makam Pahlawan Kabanjahe. Peserta pawai anak yang kali ini terdiri dari 48 sekolah (PAUD, TK dan SD) dimana sebagian besar siswa diikutsertakan membentuk barisan yang sangat panjang. Jumlah peserta pawai diperkirakan mencapai 10 ribu orang, dengan panjang barisan … (saya tidak bisa bayangkan barisannya seberapa panjang, yang pasti sangat panjang). Para penonton pun memadati kiri dan kanan jalan yang dilalui peserta pawai. Tidak heran,  walau acara yang dimulai  sejak pukul  9 pagi pun selesainya bisa  sampai sore hari.

Saya pribadi sangat antusias menyaksikan pawai anak karena ini sangat istimewa. Kita bisa melihat kemampuan anak-anak SD peserta marching band  yang terampil dan lincah dalam memainkan alat-alat musik marching band walaupun sangat berat, mereka menghasilkan music yang indah, bersemangat dan membahana di langit Tanah Karo. Para penari yang lucu dan anggun serta para mayoret (sebutan untuk pemimpin marching band) yang selalu menarik perhatian,  mereka juga mengenakan kostum yang menarik dan lucu, ditambah lagi gaya  mereka memang lucu-lucu dengan tingkah anak-anaknya.
Biasanya parade marching band SD juga masih ikut serta dalam pawai 17 Agustus, tetapi beberapa  tahun ini sudah tidak diikutkan lagi untuk memperpendek barisan pawai 17 Agustus.
Kegiatan pawai anak ini juga sangat diminati oleh anak-anak. Ikut serta dalam parade marching band, mengenakan pakaian adat, pakaian profesi  ataupun naik becak hias menyisakan kesenangan tersendiri bagi anak-anak, serta adalah kebanggaan bagi orang tua ketika melihat anaknya menjadi anggota marching band  dan berada dalam barisan parade pawai anak. Walaupun sebenarnya untuk menjadi anggota marching band tidak hanya butuh kemampuan yang baik, tetapi kecukupan dalam ekonomi mengingat biaya kostum dan segala perlengkapannya yang tidak murah. Di Tanah Karo, pada umumnya semua sekolah (kecuali Paud dan Sekolah TK), memiliki marching band masing-masing. Maka, Bulan Agustus adalah bulannya marching band, setiap sekolah sudah berlatih jauh hari sebelum 17 Agustus, dan setiap tahun pun diadakan perlombaan marching band.
Pawai Obor (Taptu)

Pada 16 Agustus malam, Kota Kabanjahe membara. Pawai Obor menerangi jalan-jalan di Kota Kabanjahe. Adapaun rute pawai obor tahun ini dimulai dari Lapangan Sekolah Yayasan GBKP Kabanjahe-Simpang VI-Jalan Kapten Selamat Ketaren-Jalan Letnan Mumah Purba-Jalan Kapten Bangsi Sembiring-Tugu Bambu Runcing-Jalan Veteran-Depan Rumah Dinas Bupati Karo-Makan Pahlawan Kabanjahe. Pawai yang diirngi dengan derai hujan tak menyurutkan niat para peserta pawai yang terdiri dari pegawai dari berbagai instansi pemerintah di Kota Kabanjahe (Korpri) , pegawai SKPD, Dharmawanita,  TNI, Polri (Polres Tanah Karo), Kwarcab Pramuka, Organisasi masyarakat,  mahasiswa dan juga para pelajar dari 56 sekolah (SD,SMP, dan SMA) di Kabanjahe. Jumlah peserta pawai diperkirakan mencapai 3000 orang.

Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI dan Pengibaran Bendera (duplikat) Sang Saka Merah Putih
Akhirnya tibalah pada puncak acara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, yaitu Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI  dan Pengibaran Bendera (duplikat) Sang Saka Merah Putih. Kegiatan Upacara Hari Kemerdekaan di Tanah Karo biasanya dibagi tiap kecamatan. Upacara peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI  dan Pengibaran Bendera (duplikat) Sang Saka Merah Putih di Kecamatan Kabanjahe dipimpin langsung oleh (plt) Bupati Karo Terkelin Brahmana,SH yang bertindak sebagai inspektur upacara,  lalu Lettu. Inf. Putra Iman (Yon 125/S) sebagai Komandan Upacara serta Kapten Inf. M. Sihombing (Kodim 0205 Tanah Karo) sebagai Perwira Upacara.
Upacara seyogyanya dimulai tepat pukul 10.00 wib, namun pengaturan barisan sudah dimulai sejak pukul 8 pagi. Lalu lintas menuju Lapangan Samura tempat upacara diadakan pun menjadi sangat ramai. Bagaimana tidak, peserta Upacara Hari Akbar ini tak kalah ramainya dari kegiatan sebelumnya yaitu terdiri dari para pegawai dari instansi pemerintah, pegawai SKPD Pemda Karo, Korpri, unsur pimpinan daerah, Kodim 0205 Tanah Karo, Yonif 125 Si ‘Mbisa, Polres Tanah Karo, Satpol PP Tanah Karo, Pramuka Kwarcab Karo, Barisan Bhineka Tunggal Ika, mahasiswa dan para pelajar dari 26 Sekolah (SMP dan SMA) beserta masing-masing marching Bandnya. Hadir pula para Veteran Pejuang ’45, Purna Paskibra, dan para Ka. Badan/Dinas/Kantor. Beberapa tahun belakangan ini Pelajar SD tidak diikutsertakan lagi dalam Upacara dan 17 Agustus untuk memperpendek barisan pawai nantinya.

Upacara juga semakin Khidmat dengan keberadaan Paskibra  saat pengibaran Bendera (duplikat) Merah Putih. Usai upacara, peserta upacara melakukan pawai keliling Kota Kabanjahe menuju Rumah Dinas Bupati Karo untuk memberikan penghormatan. Rute pawai 17 Agustus tahun 2014 dimulai dari Lapangan Bola Samura – Jalan Veteran – Jalan Perwira – Jalan Rata Perangin-Angin – Simpang VI – Jalan Kapten Selamat Ketaren – Jalan Kapten Pala Bangun – Jalan Letnan Mumah Purba – Jalan Kapten Bangsi Sembiring – Tugu Bambu Runcing – Jalan Veteran – Depan Rumah Dinas Bupati  Karo – Makan Pahlawan Kabanjahe. 



























Pesta Bazar Monja
Monja adalah istilah untuk barang-barang bekas impor (kebanyakan pakaian bekas, topi, tas, pakaian dalam, jas, jaket, selimut, bantal, dan lain-lain) atau lazim juga disebut Loak oleh masyarakat di Tanah Karo. Pasar Monja memang banyak di Kota Kabanjahe, bahkan ada pasar khusus Monja bernama Pajak Singa (ini hanya nama, di Tanah Karo atau di Sumatera Utara, Pajak adalah sebutan untuk pasar. Sementara Singa adalah nama pasar tersebut, bukan karena ada jualan Singa di pasar itu. saya juga tidak tahu mengapa namanya Pajak Singa). Pada hari  Kemerdekaan, pesta Monja pun tidak mau  ikut ketinggalan. Para pedagang Monja berhamburan di mana-mana, bahkan sampai menggunakan jalan raya. Dan jadilah, Pesta Kemerdekaan pun menjadi Pesta Monja dan perang obral heboh sana-sini. Masyarakat lalu lalang cari sana sini mana yang cocok. Memang Monja di hari kemerdekaan banyak untungnya, banyak diskonnya, tapi banyak juga barang asal jual, makanya harus teliti sebelum membeli. Perang Monja menjadi daya tarik kedua setelah menyaksikan pawai yang mendorong antusiasme masyarakat dari penjuru Tanah Karo menyerbu Kota Kabanjahe di Hari 17 Agustus, dan jadilah Kota Kabanjahe Lautan Manusia.
Banjir Sampah
Usai Pesta 17 Agustus, maka sampah menjadi pemandangan penutup.

Seperti semarakanya semangat Hari Kemerdekaan di Kotaku, kuharap nyala rasa cinta kepada bangsa Indonesia pun tidak hanya sebatas euforia pada hari kemerdekaan saja. Semangat itu, haruslah pula menyala untuk mempertahankan kemerdekaan dengan mengisi hari-hari dengan kegiatan bermanfaat untuk memajukan Indonesia. Sekian…

Rabu, 20 Agustus 2014

[P4GN_4] Tidak Lapor Anak Jadi Pengguna Narkoba Siap-Siap Orang Tua Pidana 6 Bulan Penjara




Orang tua sayang kepada anaknya, itu pasti. Orang tua ingin selalu melindungi anaknya, itu sudah nalurinya. Orang tua malu kalau anaknya berbuat salah, itu wajar. Karena anak adalah harga diri orang tua, hidup mati orang tua, walau anak tidak selalu memikirkan kehidupan orang tuanya. Sebenarnya, ada juga sih kenyataan sebaliknya kalau ada orang tua yang membuang anaknya, atau kasus lain menelantarkan anaknya. Tapi umumnya sifat orang tua seperti pribahasa : kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah. Mari dalam bahasan ini, menggunakan dasar pribahasa itu.
Menjadi penyalahguna narkoba sangat menyedihkan. Sekali coba narkoba, bersiaplah untuk tergiur untuk mencoba lagi (efek habitual), hingga akhirnya ketagihan (efek adiksi), dan tak bisa lepas bahkan ingin tambah dosis terus (efek toleran) sampai pada tahap klimaksnya overdosis dan meninggal. Saat seseorang diketahui menjadi pecandu narkoba, maka akibatnya tidak hanya kerusakan  fisik dan psikologis orang tersebut, tetapi juga orang di sekitarnya. Keluarga, menjadi imbas utamanya. Maka, hancurlah hati orangtua pecandu narkoba. Hancurlah martabat keluarga. 
Anak adalah harta yang paling berharga bagi orangtua. Demi anak, orangtua rela kerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Kerja keras tersebut sesungguhnya salah satu bentuk rasa cinta orang tua kepada anaknya. Untuk kebutuhan hidup dan masa depan anak. Namun,  mungkin terlalu kerasnya bekerja, orang tua terkadang tidak selalu bisa  mengontrol pergaulan anak-anaknya, atau anak-anaknya yang menjadi terlalu gaul. Tak tahunya sang anak pun terpeleset dalam penyalagunaan narkoba.
Pasal 128 (UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika)
(1)   Orang tua / wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta Rupiah)
Jika mengetahui anak menjadi pecandu narkoba, maka orang tua seharusnya segera membawa anak tersebut ke BNN untuk selanjutnya menjalani pengobatan (rehabilitasi). Menyembunyikan pencandu narkoba karena malu, bukan solusi. Membawa anak untuk direhabilitasi sesungguhnya adalah bentuk rasa cinta orang tua kepada anak, untuk menyelamatkan masa depan anak.  Jika direhabilitasi, anak bisa sembuh dan menata kembali masa depannya. Mereka tidak akan dipenjara. Justru jika orang tua menyembunyikan atau tidak tahu anak penyalahguna narkoba, maka baik anak dan orang tua  akan terjerat pidana. Khusus kepada orang tua jika tidak melaporkan anaknya (di bawah umur) menjadi pecandu narkoba, maka akan dikenai pidana (maksimal) 6 bulan penjara sesuai pasal 128 UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika. Oleh karena itu, orang tua harus selalu waspada terhadap perilaku dan pergaulan anaknya. Mungkin dasar pembuatan undang-udang pidana tersebut pun dari pribahasa kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah. Bahwa, orang tua harus selalu bertanggung jawab terhadap anaknya (di bawah umur).
Pasal 128 (UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika)
(2)   Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana.
(3)   Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk  oleh pemerintah tidak dituntut pidana.
Memahami makna pribahasa tersebut dan mengaitkannya dengan adanya Pasal 128 ayat (1) (UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika) ini membuat saya sedih. Apa salah orang tua nya? masa anaknya yang salah orang tua juga harus dihukum? Tapi, ya memang begitulah peraturannya, bahwa anak adalah tanggung jawab orang tua. Maka, dalam hal ini, para penyalahgunalah yang harus berfikir dan kita pun harus mengambil langkah bijaksana dalam hal ini. Relakah menjerat orang tua dalam derita akibat kesenangan sesaat mencicipi narkoba? sementara, melihat anak menjadi penyalahguna narkoba pun orang tua sudah pasti sangat hancur, harus ditambah lagi dengan hukuman pidana orangtua kah supaya penyalahguna jera?
Solusi bijaksana dalam hal ini sesungguhnya adalah supaya para orang tua melaporkan/membawa anak yang menyalahgunakan narkoba untuk direhabilitasi. Bagi penyalahguna sendiri, bersedialah untuk menjalani rehabilitasi untuk hidup anda, masa depan anda dan orang tua anda. Serta, yang paling penting dilakukan adalah jauhi narkoba. Gunakan hidup dengan baik agar sukses demi membahagiakan orang tua. Sekian. 

Rabu, 13 Agustus 2014

Pada Sebuah Jalan Masa di Suatu Musim


Pada sebuah jalan dalam sebuah musim
Aku dan dirimu bertemu
Lalu, pada sebuah masa
Aku dan dirimu terpisah

Di lain masa yang kemudian
Jalanku dan jalanmu bertemu pada sebuah musim
Maka dalam masa itu aku melihatmu

Pada masa itu, kau berlari di  sebuah jalan
Dan aku, pun pada jalan itu tertatih melangkah
Pada jalan masa depan pada musim itu,
Aku merajut impian dapat berlari sepertimu
Namun, langkahku hanya jengkal demi jengkal yang payah

Aku benci diriku, aku benci dirimu
Pada masa itu pada sebuah jalan
Aku tak dapat berlari, dirimu semakin jauh

Banyak kata seharusnya tapi tak terucap, susah
Tapi kata yang tidak harus , terucap, mudah

Pada sebuah jalan dalam sebuah masa
Dan musim terus berganti
Matahari tetap sama
Lalu, jalanku dan jalanmu terpisah, lagi

Aku kini berada pada sebuah jalan
Adakah musim yang kan menuntunku
Berlari dari jalan ini dan menemukanmu
Ataukah melupakanmu?

Lalu, aku masih berada pada sebuah jalan
Pada masa yang kemudian di sebuah musim
Menatap dengan gelisah
Pada jalan manakah engkau kini?

Bilamana jalanku dan jalanmu bertemu, lagi
Biarkan aku mengucap kata yang harus
Dan maukah engkau menghapus jejak kata yang tak seharusnya?

Namun, aku kini masih berada pada sebuah jalan
Menatap dengan harap
Bilamana jalanku dan jalanmu bertemu lagi, nanti
Pada suatu musim dalam sebuah masa yang kemudian
(Medan10des2012)