Senin, 25 Agustus 2014

Horas Samosir!! Hermann Delago & Austria Tobatak Orchestra Live in Concert at Tuk Tuk Siadong

        Musik adalah sebuah bentuk ekspresi jiwa. Tentang apa yang sedang anda rasakan, harapan, atau sekedar “membaca” cerita para komposer.  Musik sebagai saluran emosi.
Saya suka lagu Batak Toba. Entah mengapa, tapi asik saja mendengar lagu-lagunya walau saya sering merepotkan teman saya untuk tahu maknanya. Yang saya tahu umumnya lagu Batak Toba memiliki makna yang menyentuh dan bahasa yang indah. Musik Batak  Toba juga sangat khas dengan warna gondang dan serulingnya. Terdengar indah dan nyaman. Musik Batak Toba, satu lagi musik yang sukses merebut hari saya.
Mendengar ada konser music batak GRATIS dari seorang teman kerja, saya sangat antusias. Walau tempat konsernya di Tuk Tuk Samosir lumayan jauh dari tempat tinggal saya di Kabanjahe apalagi dengan status belum gajian, tidak sedikitpun menyurutkan niat saya. Bersama teman-teman kami pun merencakan keberangkatan lebih dari 1 minggu sebelum acara. Tadinya teman saya bilang  ini konser Viky Sianipar (seorang musisi Batak). Tak tahunya, ada musisi besar dari Austria bersama tim orkestranya.  Nah, ini cerita saya mengenai Konser Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra Live in Concert at Open Stage Tuk Tuk Samosir.
Adalah Hermann Delago, seorang musisi Austria yang jatuh cinta pada Pulau Samosir dan Budaya Batak termasuk music Batak Toba. Berawal dari lagu Butet yang ia dengar ketika berlibur di Bali Tahun 1995, ia pun mulai tertarik dan akhirnya sungguh-sungguh jatuh cinta dengan Budaya Batak Toba. Ia pun telah telah menjadi orang batak, dengan marga Manik di belakang nama Delago-nya. Lalu, di tahun 2011 bersama Viky Sianipar, akhirnya sukses melahirkan album bernuansa batak yang bernama TOBATAK yang diaransemen dengan nuansa tradisional dan modern sehingga menghasilkan musik yang lebih hidup. Berkatnya, lagu-lagu Batak Toba pun sudah berkumandang di Austria bersama tim orkestranya serta ia unggah di youtube.
Pukul 5 sore  disertai dengan derai hujan, sejumlah Tokoh adat, dinas Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Samosir membuka acara Konser Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra dengan menyambut Hermann Delago bersama timnya memasuki open stage Tuk Tuk Siadong, dengan manortor dan memberikan ulos.
Menyambut Kedatangan Hermann Delago Manik dan Austria Tobatak Orchestra di Open Stage Tuk Tuk


Memberikan Ulos kepada Hermann Delago dan Seluruh Personil Austria Tobatak Orchestra

Konser Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra membuat malam Sabtu (23/8) menjadi sangat istimewa. Hermann Delago Manik, bersama sekitar 70 personil orkestranya mengguncang Samosir dengan irama music Austria yang indah dan memukau. Konser dimulai pukul 7 malam dengan penampilan pembuka dari Jajabi Band. Satu Jam kemudian, Hermann Delago beserta grup orkestranya memuaskan rasa penasaran para penonton dengan persembahan lagu- . adapun lagu-lagu yang dipersembahkan dengan indah malam itu antara lain : Hermann Delago & Samosir Austria Orchetra juga berkolaborasi dengan beberapa artis Batak Toba antara lain : Viky Sianipar, Tongam Sirait , Retta Sitorus dan Marsada Band. Usai 2 jam penampilan Hermann Delago & Austrian Tobatak Orchestra, Marsada Band lanjut menghibur para penonton hingga 1 jam kemudian sampai acara berakhir pada pukul 12 malam.
Kolaborasi Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra dengan Marsada Band

 Penampilan Tasha Koch bersama  Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra

Kolaborasi Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra dengan duet Eva Schatz dengan Retta Sitorus



Sekitar 5000 penonton diperkirakan memadati Open Stage Tuk Tuk Siadong Sabtu Malam itu. Tidak hanya dari Sumatera Utara, antusiasme juga mendorong penonton dari berbagai daerah  di Indonesia ikut memeriahakan pertunjukan. Masyarakat lokal dan para turis asing pun membaur dalam indahnya alunan music dan menari bersama. Saya sebenarnya sedikit bingung juga kepada turis mancanegara yang ikut bergoyang mendengar lagu Batak Toba. Apa mereka mengerti? Mengapa bisa sampai sebegitu hebohnya ikut bergoyang. Hmm, pasti karena asik. Kita boleh saja kurang/tidak tahu arti lagunya. Tapi, musik tidak pernah bohong. Ciri-ciri musik indah adalah menyentuh sampai ke hati (kata orang tua teman saya yang juga pernah menjadi biduan Karo (perkolong-kolong). Dan itulah yang saya juga rasakan. Musik yang indah. Pertunjukan Malam Sabtu itu, sangat mengesankan. Sebuah konser indah menghabiskan malam Minggu yang mendung bersama teman-teman.
Sekitar 5000 Penonton menikmati Konser Hermann Delago &  Austria Tobatak Orchestra
(Sumber Foto : Andre Wdyanto via Facebook Viky Sianipar)
Horas dan Mauliate menjadi sapaan yang menjadi bahasa penghubung komunikasi dengan orchestra negeri seberang ini. Ketika bertemu di jalan usai konser, personil orchestra tak canggung menyerukan Horas! dan mengucapkan Mauliate. Hermann Delago sendiri memiliki kemampuan artikulasi dan berbahasa Batak Toba yang baik saya rasa.
Sebelumnya, Hermann Delago dan Austrian Tobatak Orchestra juga telah mengadakan konser yang sama pada Rabu (20/8) di Tiara Convention Hall Medan. Konser yang juga diprakarsai oleh Henry Manik seorang seniman Batak  Toba kelahiran Garoga Samosir yang telah lama tinggal di Belanda ini merupakan bukti budaya Batak Toba, satu lagi Budaya Indonesia yang diapresiasi begitu luar biasa di manca negara. Kita, pemilik budaya yang luar biasa itu pun harus mencintainya lebih dari mereka.
So, it was a great concert. Congratulations Hermann Delago Manik. Thank you, Mauliate Godang, Horas!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar