Kamis, 24 April 2014

[P4GN_2] Bagaimana Saya "Melakukan" Tidak pada Narkoba?

             Negara Indonesia patut bangga, dari sekitar 230 juta lebih penduduknya, sekitar 40% adalah berusia muda, termasuk para remaja. Itu berarti Indonesia layak berharap untuk masa depan bangsa dengan para generasi mudanya. Namun, menurut Kapolri Jendral Sutarman dalam Majalah Sinar BNN edisi II 2014, kondisi tersebut salah satu mendorong para bandar dan pengedar menjadikan negara Indonesia menjadi sasaran empuk peredaran gelap narkotika. BNN (Badan Narkotika Nasional) sendiri mengungkap perkiraan pengguna narkoba di Indonesia di tahun 2011 sekitar 4 juta orang, dan 22% nya berada pada kalangan pelajar/ remaja. Lalu, masih patutkah Indonesia berbangga? Para remaja, adalah harapan bangsa, calon pemimpin sebuah bangsa. Jika para generasi muda “pertumbuhannya” terganggu, sudah selayaknya negara menaruh perhatian lebih.
sumber gambar : www.radarbangka.co.id
Menjalani masa remaja ini sangat berat, karena kita mengalami masa perkembangan fisik dan pembentukan secara psikis (mental) yang mengharuskan remaja belajar keras mengenai dirinya sendiri. Tidak hanya itu, kita para remaja juga dihadapkan pada kondisi interaksi lingkungan sosial yang pelik, yang sering membuat serba salah. Lalu kita remaja, belajar keras lagi memahaminya. Para remaja sedang belajar memahami diri sendiri, memahami lingkungan, ditambah dengan memahami pelajaran di sekolah. Ini sungguh tidak mudah. Namun, remaja harus menjalani semua ini, agar siap menjadi seseorang, dan menjadi pemimpin bangsa kelak.
Dalam beratnya memahami “pelajaran” yang harus dilalui ini, para remaja juga dihadapkan dengan “penyakit” remaja. Dulu, “penyakit” remaja yang saya tahu antara lain suka merokok, suka minum alkohol (minuman keras), tawuran, judi, dan yang paling parah narkoba. Ternyata, sampai sekarang pun “penyakit” yang sama, masih ada terutama yang namanya narkoba, bahkan semakin parah saja.
Kita, dalam masa remaja bisa terperosok ke dalam “penyakit” remaja karena pelampiasan yang salah akibat “pelajaran” hidup yang berat dan sering kali membingungkan itu. Sehingga remaja, dengan darah enerjiknya, cenderung ingin mendapatkan segala sesuatu dengan cepat dan instant. Pada masa peralihan fisik dan psikis kita, terjadi gejolak secara emosional yang membuat kita rentan dalam berpikir sehingga sering bertindak tergesa-gesa. Apalagi pergaulan dengan teman sebaya juga sering menimbulkan perasaan tidak menentu, yang bisa membuat tersinggung, dan kurang percaya diri sehingga minder dalam pergaulan. Dapat pula membuat remaja menjadi ingin over percaya diri, dan berusaha menjadi pusat perhatian. Persaingan dengan teman sebaya juga tidak dapat dihindarkan. Ditambah lagi dengan pendidikan di sekolah yang bisa menimbulkan stress.
Menghadapi hal tersebut, rokok, alkohol, bahkan narkoba sering menjadi pelampiasan kegalauan para remaja. Alasannya mungkin sederhana, hanya untuk “lari” sejenak, iseng-iseng, ingin tahu, dan lain-lain;  tapi sayangnya jadi kecanduan. Data BNN menunjukkan pada tahun 2011 prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia sekitar  2,2 % (3,8 - 4 Juta orang), berumur 10 - 59 tahun, 70% berada di kalangan pekerja, 22% berada dikalangan siswa, pelajar. Diprediksi angka prevalensi akan meningkat menjadi 2.8% atau setara dengan 5.1 juta orang pada tahun 2015.
Fokus kita dalam hal ini adalah para pelajar; para remaja. Mari kita hitung jumlah 22% dari 4 juta pengguna narkoba. Ada sekitar 880.000 orang pelajar remaja di tahun 2011 yang terperosok dalam pelampiasan yang salah menggunakan narkoba. Itu bukan angka yang sedikit, bahkan bisa jadi tidak semua terdata. Bisa jadi angkanya lebih besar. Jika prediksi peningkatan 2,8% itu  terjadi, maka jumlah korban yang mungkin akan bertambah adalah sekitar 112.000 orang di tahun 2015 nanti. Mengerikan bukan? Prediksi tersebut kemungkinan besar menjadi nyata atau bahkan bisa lebih besar, jika tidak sedini mungkin diatasi. Kita tidak tahu siapa lagi yang akan menjadi korban berikutnya. Saya berharap itu bukan saya, bukan juga kamu, dan juga bukan teman-teman serta keluarga kita. Kondisi ini semakin miris saja membayangkan hal itu dialami oleh anak-anak usia remaja, pada usia emas pertumbuhan dan perkembangan manusia menuju dewasa. Jika ketergantungan, maka pertumbuhan dan perkembangan remaja pun akan terganggu. Apalagi, pada usia ini seseorang umumnya belum memiliki penghasilan sendiri. Sementara narkoba harganya tidak murah. Kebutuhan akan narkoba pun akhirnya mencekik kantong orangtua, dan tidak mustahil, ketergantungan akan narkoba mendorong seorang remaja menjadi pelaku kriminal : pencuri, perampok, atau pembunuh.
Semboyan melawan narkoba umumnya antara lain :  Say no to drugs!  , Katakan tidak pada narkoba, Narkoba no prestasi yes,  dan masih banyak lagi. Tapi pertanyaannya adalah “Bagaimana saya mengatakan tidak pada narkoba?”. Saya menjadi tertarik pada pertanyaan itu,  saat menemukan semboyan “Bagaimana saya mengatakan tidak pada narkoba, rokok, alcohol, dan tawuran”? pada  sampul belakang sebuah buku pelajaran Fisika SLTP karangan Grafindo Media Pratama terbitan tahun 2001.  Slogan tersebut merujuk pada “penyakit” remaja. Lalu saya mulai memahami makna slogan itu. Mengatakan kata tidak sesungguhnya mudah saja. Tapi, “bagaimana saya "melakukan" tidak dalam hal ini tidak hanya sebuah perkataan, namun menyangkut bagaimana kita berpikir tentang bahaya narkoba, dan membuat benteng pertahanan lalu bertindak menjauhi dan melawan. Ini berarti bagaimana melakukan “tidak” .  Lalu, bagaimana kita melakukan “tidak” pada narkoba dan “penyakit” remaja lainnya? Nah, berikut langkah mudahnya :
  1. Katakan “Tidak, terimakasih.”
Jadi, pertama sadari  dulu bahwa narkoba itu berbahaya. Saya sebagai generasi muda ingin hidup tanpa “penyakit remaja” tersebut, bahwa merokok, alkohol dan narkoba, adalah racun. Saat ada teman mengajak atau menawari dengan gratis sekalipun, maka katakan tidak. Jika ia tetap menawari dengan alasan agar “gaul”, katakan sekali lagi : Tidak, terimakasih.
  1. Berikan Alasan
Jika si teman terus menawari, maka sekalian, jelaskan padanya mengenai dampak negatif rokok, alkohol, dan narkoba. Siapa tahu ia juga berubah pikiran. Kalau ia tidak mau menyerah juga, berikan alasan lainnya misalnya : saya sakit kalau merokok, saya tidak merokok, atau saya sedang dalam program olahraga karena ingin menjadi TNI, dan sebagainya.
  1. Ganti Topik Pembicaraan
Tujuannya adalah agar si teman bosan menawari kita, coba bicarakan hal lain yang mungkin tidak menarik baginya, atau mungkin menarik. Intinya agar ia berhenti menawari hal tersebut pada kita.
  1. Tinggalkan Saja
Apa gunanya bergaul dengan orang yang tidak cocok dengan kita, dan memberikan pengaruh buruk. Jangan terlalu banyak berdebat dengan memikirkan berbagai alasan penolakan. Katakan “Tidak” lalu tinggalkan saja.
  1. Hindari Situasi
Ada juga situasi atau pergaulan yang bisa mendorong seseorang untuk tergoda dengan rokok, alkohol, dan narkoba. Pilih-pilih teman bergaul adalah salah kunci utama menjauhkan diri dari hal tersebut. Pilihlah teman-teman yang bisa memberikan semangat dan dorongan positif dalam diri kita. Terkadang, memang ada situasi dimana kita sulit mengendalikan diri kita. Apalagi pada masa remaja yang perkembangan emosinya tidak stabil. Maka, sebaiknya juga melakukan pendalaman agama sangat baik untuk menjadi generasi muda yang sehat.
  1. Temukan Dukungan dari Orang Lain
Yakin dan percayalah bahwa merokok, alkohol, narkoba itu tidak baik. Kalau pun banyak penggunanya, bukan berarti itu baik. Kalau pun banyak yang mengkonsumsi, lebih banyak yang tidak. Maka, segala niat baik membentengi diri sendiri ini akan mendapat dukungan dari orang-orang yang juga memiliki niat yang sama dengan kita, yang pastinya lebih banyak. Tidak menggunakan rokok, alkohol dan narkoba bukan berarti kekanak-kanakan atau tidak gaul. Kita ingin melindungi diri kita dan menjadi generasi yang sehat. Oleh karena itu, bersama teman-teman lain lakukan gerakan anti narkoba, rokok, dan alcohol.
Membentengi diri sendiri terlebih dahulu adalah yang terpenting. Jika dalam diri kita sudah bertekad menolak narkoba dan segala “penyakit” remaja lainnya, maka itu sudah sangat baik. Lalu, laksanakanlah penolakan  itu dalam sikap dan perbuatan. Dengan begitu kita sudah menjadikan diri kita sendiri menjadi duta anti narkoba, bagi diri kita sendiri. Jika kita menyadari ini baik, semakin baik jika kita juga mengajak teman-teman remaja lainnya untuk mengabaikan narkoba, dan penyakit remaja lainnya, serta lebih fokus pada pendidikan kita.
Kita tidak sendiri dalam melawan narkoba ini.  Sesungguhnya ini juga sudah menjadi masalah bangsa, bahkan dunia. Polisi dan BNN sebagai lembaga pemerintah yang menangani kasus narkoba, juga tetap menjalankan tugasnya dengan memandang geram pada para pembuat illegal dan pengedar narkoba. Mengingat kemungkinan jumlah korban penyalahgguna narkoba yang semakin meningkat, maka Indonesia harus segera bergegas memberantas ini. Tahun 2014 dicanangkan sebagai tahun penyelamatan para kawan-kawan kita yang menjadi korban narkoba. “Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara” demikian slogan yang diusung dalam misi pemberantasan narkoba ini. Rehabililitasi akan lebih menyelamatkan hidup para korban penyalahgunaan narkoba,dibanding dengan  penjara dapat mengancam hidup mereka jadi lebih buruk.  Mari kita para generasi muda supaya berani melakukan “Tidak” terhadap narkoba dan penyakit remaja lainnya, mencegah dan mambantu menyelamatkan pengguna narkoba, dengan harapan wujudkan Indonesia bebas narkoba di tahun 2015 nanti.
Selagi masih muda, ayo kita mempersiapkan diri agar menjadi pemimpin bangsa kita kelak. Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi di masa depan. Yang pasti, kita harus bersiap menjadi pemimpin masa depan negeri ini, yah kalau bisa sih  pemimpin dunia. Di masa muda ini, mari kita belajar dengan tekun, mengasah keterampilan, mengembangkan kemampuan bersosialisasi, mengembangkan bakat, meningkatkan kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan masih banyak hal positif lainnya yang bisa kita lakukan . Apakah teman-teman remaja pernah berpikir tentang bersekolah atau kuliah di luar negeri? Apakah teman-teman pernah berpikir bagaimana menyembukan penyakit kanker? Apakah teman-teman pernah berpikir bagaimana menemukan bahan bakar pengganti bahan bakar fosil?  Itu semua bisa kita temukan dan wujudkan jika memiliki stamina yang sehat, semangat belajar yang tinggi, dan terutama anti narkoba dan jauh dari semua “penyakit” remaja lainnya. Menjalani masa remaja ini memang tidak mudah kawan, tapi bersabar dan berhati-hatilah. Cintai masa depanmu, keluarga, dan kuatkan hubungan dengan Tuhan. Maka, jika berhasil melalui masa remaja dengan baik, maka kita akan siap menjadi manusia dewasa yang baik, sebagai bagian masa depan bangsa. Bersemangat!
sumber gambar : humaspolresbantul.blogspot.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar