Ketika masih kecil, perkembangan seorang anak akan difokuskan untuk bisa mengenal (melihat) lingkungan sekitar, mendengar, berbicara, dan terutama melangkah. Melangkah yang dimulai dari melatih bayi menopang badannya sendiri, lalu duduk, lalu mulai merangkak, kemudian dipapah untuk berjalan, sampai akhirnya ia mampu berjalan sendiri bahkan berlari. Bangganya orangtua melihat anaknya bisa melangkah, apalagi berlari. Menarik nafas lega, anakku sungguh hidup. Tak ketinggalan, angan pun mulai muncul dalam dirinya, agar anaknya bisa berlari kencang menuju masa depan.
Saya, tidak mau bercerita lebih dalam tentang anak kecil yang mulai berjalan. Saya memaksudkan kata melangkah yang saya buat sebagai judul blog saya ini sebagai ungkapan bahwa kita, manusia, harus melangkah, harus bergerak agar hidup. Gerakan seperti apa yang kita lakukan agar hidup? Gerakan yang bisa menyenangkan dan menyehatkan jiwa dan raga. Bisa saja dengan berolahraga, dengan beraktivitas, dan dengan menulis.; sebuah “gerakan” yang sedang saya coba lakukan.
Saya memahami makna menulis di bangku kuliah Ilmu Komunikasi
yang saya pelajari, adalah sebuah bentuk
komunikasi non verbal. Bentuk melakukan gerakan hidup dengan berbicara, tapi
tidak dengan mulut. Dengan pikiran yang ditungkan melalui kata. Menulis bukan
sekedar mencoret, membentuk sesuatu dengan pena, tapi merangkai huruf menjadi
kata-kata menjadi kalimat-kalimat menjadi sebuah wacana ; yang bermakna. Tidak
boleh sembarangan menulis. Harus dipikirkan dengan baik, agar maknanya tidak
keliru. Oleh sebab itu, tidak semua
orang pandai menulis tapi semua orang bisa belajar menulis.
Saya menyadari hebatnya kekuatan menulis. Menulis mampu mencerdaskan bangsa, contohnya pada buku-buku pelajaran sekolah. Bukti otentik yang lain adalah Indonesia merdeka pun karena anak bangsa yang tercerdasan melalui pendidikan, bisa membaca dan menulis. Menulis bisa mengubah pola pikir seseorang, contohnya melalui artikel di media massa, sehingga media massa berperan sebagai kontrol sosial. Hebatnya lagi, menulis bisa membuat kita boros, setelah membaca artikel barang-barang promosi, kita tertarik membeli, tapi bisa juga malah acuh jika penulisnya kurang pintar menulis. Dan yang lebih hebat lagi dengan menulis, seseorang bisa membangun dunianya sendiri contohnya : J.K. Rowling, berhasil membangun dunia Harry Potternya berkat 7 seri novel Harry Potter karyanya. Ah, masih banyak kehebatan yang bisa dihasilkan dari menulis yang terlalu panjang untuk saya ungkapkan.
Saya mengagumi penulis dan tulisannya, serta sangat mengapresiasinya. Menurut saya menulis itu keren. Menulis adalah suatu gerakan pula, gerakan otak, gerakan berpikir, gerakan jiwa. Menulis, tidak semua pandai menulis, tapi semua orang bisa belajar menulis. Inilah yang sedang saya lakukan. Melangkah dengan menulis, eh belajar menulis. Clara Ng, salah satu penulis novel yang beberapa novelnya saya sukai, mengatakan bahwa ia menulis karena usia ini singkat dan begitu banyak yang harus diungkapkan. Ia menulis karena ia tidak abadi tapi ceritanya imortal. Ia menulis karena hidup lekang sementara imajinasi seluas alam semesta. Ia menulis karena ia tidak punya sayap sementara komitmennya terhadap seni dapat mengantarnya ke langit ketujuh. Benar juga, pikiirku. Maka menulis bisa menjadi cara seseorang mengukir jejak hidup dan merasakan sebuah kebebasan. Agar setelah tiada kelak, ia masih tetap hidup. Hidup di dalam tulisannya. Sementara, di dalam bukunya yang berjudul 9 Summers 10 autumns, Iwan Setyawan mengatakan : “Live, let’s live. Tomorrow is here, now.” Saya pikir, bagaimana pun, kita sekarang bernafas. Maka hiduplah. Walau apa pun yang terjadi, tubuhmu, masa depanmu adalah kuasamu menentukan arahnya. Maka pilihlah jalan yang akan membuatmu hidup. Lakukan perbuatan baik hari ini, karena itu akan membuatmu akan hidup pula esok.
Saya pilih menulis, sebagai salah satu gerakan hidup saya. Menulis itu baik, untuk kesehatan pikiran, untuk pembentukankarakter, untuk membentuk kreatifitas. Maka saya akan belajar menulis. Kami memiliki mata kuliah menulis, ketika kuliah. Tapi, saya merasa tetap saja belum pandai menulis. Saya masih belajar. Entah sampai kapan. Mungkin, ibarat melangkahnya seorang bayi, tahapnya masih pada proses menahan dan menegakkan badan, haha. Masih pada tahap paling bawah. Tapi, itu bukan masalah. Yang penting, tekad saya kuat untuk belajar dan berhasil. Saya berharap, melangkah yang saya lakukan tidak hanya sebatas satu, dua langkah saja, tapi bisa berlari. Karena saya mau bilang ke dunia, saya hidup dan ini jejak langkah saya. Karena saya mau hidup hari ini, dan besok, dan besoknya lagi. meLangkah . Live, let’s live. Tomorrow is here, now. Bersemangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar